Jakarta, 15 Oktober 2023 — Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan integrasi mata pelajaran kecerdasan buatan (AI) ke dalam kurikulum pendidikan nasional mulai tahun ajaran 2024/2025.
Kebijakan ini bertujuan mempersiapkan generasi muda Indonesia menghadapi era transformasi digital dan meningkatkan daya saing global.
Mata pelajaran AI akan diajarkan secara bertahap mulai dari tingkat SMP hingga SMA/SMK, dengan fokus pada dasar-dasar pemrograman, etika teknologi, dan aplikasi AI dalam kehidupan sehari-hari.
Latar Belakang Kebijakan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Makarim, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan respons atas pesatnya perkembangan teknologi global.
"Kecerdasan buatan bukan lagi masa depan, melainkan realitas saat ini. Indonesia harus mengambil peran aktif, bukan sekadar menjadi penonton. Dengan memperkenalkan AI sejak dini, kita membekali siswa dengan keterampilan kritis untuk bersaing di dunia kerja yang semakin terdigitalisasi," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Kebijakan ini sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 dan strategi percepatan transformasi digital yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan teknologi seperti Google, Microsoft, dan GoTo untuk menyusun modul pembelajaran serta pelatihan guru.
Implementasi dan Tantangan
Mata pelajaran AI akan diajarkan 2 jam per minggu di SMP dan 3 jam per minggu di SMA/SMK. Materi mencakup pengenalan algoritma, machine learning, analisis data, dan dampak sosial AI.
Kemendikbudristek juga menyiapkan platform pembelajaran daring berbasis AI untuk memastikan akses merata, termasuk di daerah terpencil.
Namun, tantangan utama adalah kesenjangan infrastruktur digital. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan hanya 65% sekolah di Indonesia memiliki akses internet memadai.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp1,2 triliun guna meningkatkan fasilitas teknologi di 12.000 sekolah pada 2024.
Kebijakan ini mendapat dukungan dari kalangan akademisi dan industri. Dr. Inggriani Liem, pakar informatika ITB, menyatakan, "Ini langkah progresif.
Pendidikan AI tidak hanya tentang coding, tetapi juga membangun pola pikir kritis dan kreatif." Di sisi lain, sejumlah orang tua mengkhawatirkan beban belajar siswa.
Menanggapi hal ini, Nadiem menegaskan bahwa kurikulum dirancang interdisipliner dan terintegrasi dengan mata pelajaran lain.
Sumber:
- Panduan Kurikulum AI 2024
- Laporan Infrastruktur Digital Pendidikan (2022): bps.go.id
- Laporan "AI in Education: A Global Perspective" (2023): unesco.org/ai-education
- Program "AI for Indonesia": blog.google/indonesia
- Artikel "The Future of Jobs Report 2023": weforum.org