Pada Desember 2023, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan kemitraan strategis dengan TikTok, di mana 75,01% saham Tokopedia diakuisisi oleh TikTok dengan nilai investasi mencapai US$1,5 miliar (Rp23,27 triliun) 310.
Langkah ini menciptakan dinamika baru dalam ekosistem digital Indonesia, sekaligus membawa peluang dan tantangan bagi GOTO.
Peluang bagi GOTO
1. Sinergi Ekosistem Digital
GOTO dapat memanfaatkan basis pengguna TikTok yang mencapai 125 juta di Indonesia—terbesar kedua di dunia—untuk meningkatkan penetrasi pasar e-commerce.
Integrasi layanan Gojek (transportasi, logistik) dan Tokopedia (e-commerce) dengan platform TikTok Shop memungkinkan pengalaman belanja yang lebih interaktif, seperti fitur live shopping yang sebelumnya kurang optimal di Tokopedia.
2. Pengurangan Beban Keuangan
Akuisisi ini mengurangi beban pendanaan GOTO untuk Tokopedia. TikTok berkomitmen menyuntikkan dana US$1,5 miliar, termasuk US$840 juta sebagai investasi awal, sehingga GOTO dapat fokus pada pengembangan layanan on-demand seperti Gojek dan GoTo Financial.
Selain itu, GOTO akan menerima e-commerce service fee dari Tokopedia yang diproyeksikan mencapai US$11,4 juta per kuartal, mempercepat pencapaian EBITDA positif.
3. Dukungan bagi UMKM
Kolaborasi ini memperkuat program pemberdayaan UMKM, seperti kampanye Beli Lokal yang meningkatkan penjualan produk lokal sebesar 125% selama periode uji coba.
GOTO juga mendapat akses ke teknologi TikTok untuk meningkatkan visibilitas UMKM melalui konten kreatif dan livestreaming.
Tantangan bagi GOTO
1. Persaingan dengan Raksasa E-commerce
Meski memiliki TikTok sebagai mitra, GOTO harus bersaing ketat dengan Shopee dan Lazada. Analis Morningstar memprediksi tekanan pada Shopee, tetapi TikTok Shop dinilai lebih unggul dalam livestreaming commerce—sektor yang tumbuh 3x lebih cepat daripada e-commerce tradisional 315.
2. Regulasi dan Kepatuhan
Pemerintah Indonesia, melalui Permendag Nomor 31/2023, melarang integrasi langsung antara media sosial dan e-commerce.
GOTO dan TikTok harus memastikan pemisahan sistem transaksi (back-end Tokopedia) dan promosi (TikTok), serta mematuhi aturan anti-dumping dan proteksi UMKM. Pelanggaran berisiko mengganggu operasional bisnis.
Ketergantungan GOTO pada TikTok
Kepemilikan TikTok sebesar 75,01% di Tokopedia berpotensi mengurangi kendali GOTO atas strategi bisnis e-commerce.
Meski skema non-dilutive menjaga kepemilikan GOTO tetap 24,99%, keputusan operasional seperti ekspansi atau penetapan tarif bergantung pada TikTok.
Prospek Ke Depan GOTO
- Peningkatan Valuasi Saham: Meski saham GOTO sempat anjlok 20% pasca-pengumuman akuisisi, analis memprediksi pemulihan seiring pertumbuhan GMV Tokopedia dan aliran pendapatan tetap dari TikTok.
- Fokus pada Profitabilitas: GOTO melaporkan EBITDA positif di Q4 2023, didorong oleh efisiensi operasional dan pengurangan cash burn dari Tokopedia. Langkah seperti share buyback mungkin dipertimbangkan untuk meningkatkan kepercayaan investor.
- Inovasi Layanan Terpadu: Integrasi layanan GoPay dan Gojek dengan Tokopedia-TikTok akan menciptakan ekosistem "super-app" yang kompetitif, mirip model Alibaba di Tiongkok.
Kemitraan GOTO-TikTok membawa angin segar bagi UMKM dan ekonomi digital Indonesia, tetapi juga memerlukan navigasi hati-hati dalam persaingan dan regulasi.
Keberhasilan GOTO akan bergantung pada kemampuan memanfaatkan sinergi, menjaga kepatuhan hukum, dan mempertahankan inovasi di tengah dominasi TikTok.
- CNBC: Analisis Persaingan GOTO-TikTok vs Shopee.
- Situs Resmi GoTo: Pengumuman Kemitraan dengan TikTok.