Jika Starlink Masuk Indonesia, Mampukah Penyedia Layanan Internet dan Telekomunikasi di Indonesia Bersaing dengan Starlink?

Notification

×

Jika Starlink Masuk Indonesia, Mampukah Penyedia Layanan Internet dan Telekomunikasi di Indonesia Bersaing dengan Starlink?

08/10/2023 | Oktober 08, 2023 WIB Last Updated 2023-10-07T17:39:56Z

https://www.itnews.id/2023/10/mampukah-penyedia-layanan-internet-dan-telekomunikasi-di-indonesia-bersaing-dengan-starlink.html


Starlink adalah layanan internet berbasis satelit yang dikembangkan oleh SpaceX, perusahaan milik Elon Musk yang menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi, berlatensi rendah, dan terjangkau di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh layanan internet konvensional.


Starlink telah beroperasi di 32 negara di dunia hingga Mei 2022, termasuk di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam.  


Starlink juga ditargetkan akan masuk ke Indonesia pada tahun 2023 mendatang.  Namun, untuk dapat menggunakan layanan Starlink di Indonesia, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:


Jika Starlink Membuka Layanan di Indonesia

Perusahaan jasa internet provider di Indonesia mungkin akan menghadapi persaingan yang ketat.  


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya saing perusahaan jasa internet provider di Indonesia adalah:


  • Kualitas layanan
  • Harga layanan
  • Jangkauan layanan
  • Inovasi layanan



Kelebihan Starlink

1. Konektivitas internet berkecepatan tinggi

Koneksi internet berlatensi rendah dan bandwidth tinggi dengan kecepatan download hingga 100 Mbps dan kecepatan upload hingga 200 Mbps, sistem ini menggunakan banyak satelit di orbit rendah bumi (low earth orbit/LEO).


2. Perangkat dan Teknologi Starlink dapat Mengurangi Hambatan Cuaca

Starlink yang mengorbit, menggunakan banyak satelit yang saling terhubung dan dapat mengalihkan sinyal ke satelit lain jika ada hambatan seperti awan atau hujan. 

 

Dengan demikian, Starlink dapat menyediakan internet berkecepatan tinggi, berlatensi rendah, dan terjangkau di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh layanan internet konvensional.


Starlink menggunakan frekuensi radio yang lebih tinggi daripada layanan internet berbasis satelit lainnya, yaitu sekitar 10-40 GHz.  


Frekuensi radio yang lebih tinggi memiliki keuntungan dalam hal kapasitas data, tetapi juga memiliki kerugian dalam hal sensitivitas terhadap gangguan cuaca. 


Namun, Starlink dapat mengatasi hal ini dengan menggunakan teknologi seperti beamforming, adaptive coding and modulation, serta forward error correction


Teknologi-teknologi tersebut dapat meningkatkan kualitas sinyal dan mengurangi kesalahan transmisi.


3. Area cakupan luas

Starlink berupaya menghubungkan pelanggan di lokasi terpencil dan perdesaan yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki akses sama sekali terhadap layanan internet reguler ke internet di sebagian besar planet ini.


Selain menjembatani kesenjangan digital, hal ini juga akan menciptakan peluang baru bagi bisnis, layanan kesehatan, dan pendidikan di tempat-tempat yang sebelumnya tidak memiliki koneksi internet.


4. Tanpa batasan data

Starlink tidak memiliki batasan data apa pun, yang berarti pelanggan dapat menggunakan data sebanyak yang mereka perlukan tanpa khawatir akan dikenakan biaya tambahan.


Kekurangan Starlink

1. Biaya peralatan dan pemasangan mahal 

Pengguna harus membeli antena parabola (Dishy McFlatface), router WiFi, kabel, dan penyangga.   Perangkat tersebut dibutuhkan untuk menerima sinyal dari satelit Starlink yang mengorbit di ketinggian rendah (500-600 km) di atas bumi.


2. Biaya langganan bulanan mahal

Pengguna juga harus membayar biaya langganan bulanan sebesar Rp 1,4 juta.  Parabola dan router yang diperlukan untuk terhubung ke satelit harganya Rp8,1 juta.


3. Membutuhkan izin dari pemerintah

Untuk dapat menggunakan layanan Starlink di Indonesia, pengguna harus memiliki izin dari pemerintah Indonesia untuk menggunakan frekuensi satelit Starlink. 


Saat ini, Starlink telah mendapatkan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) dari PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), yang merupakan anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.


Hak labuh ini memungkinkan Telkomsat untuk menjual kapasitas satelit Starlink kepada pelanggan di Indonesia.


4. Membutuhkan pandangan langit yang jelas 

Untuk dapat menerima sinyal dari satelit Starlink, pengguna harus memastikan bahwa lokasi pemasangan perangkat Starlink memiliki pandangan langit yang jelas tanpa halangan seperti gedung, pohon, atau gunung.

 

Hal ini penting untuk memastikan koneksi yang stabil dan berkualitas antara antena parabola dan satelit Starlink


Referensi:



Kominfo Tak Izinkan Starlink Elon Musk Masuk RI, Kenapa?

Sumber:  CNBC Indonesia, 25 Sep 2023 18:17.