Netflix Dikritik Keras Gara-gara VFX AI di Produksi Terbarunya

Notification

×

Netflix Dikritik Keras Gara-gara VFX AI di Produksi Terbarunya

25/07/2025 | 12:28:00 AM WIB Last Updated 2025-07-24T17:32:54Z
AI,AI Generatif,Netflix GenAI,Kontroversi VFX AI,Teknologi AI dalam film,Protes industri film,Pekerja kreatif dan AI,Algoritma vs seni


Netflix kembali menjadi sorotan.  Kali ini bukan karena jalan cerita yang memukau, tapi karena keputusan kontroversial menggunakan VFX berbasis Generative AI (GenAI) dalam salah satu serial terbarunya.



Teknologi boleh semakin canggih, tapi tidak semua orang menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan, banyak pekerja kreatif dan penggemar setia merasa kecewa dan marah.


Apa Itu VFX GenAI dan Kenapa Dipermasalahkan?


VFX (Visual Effects) tradisional biasanya dikerjakan oleh tim animator, seniman 3D, dan ahli efek visual.  Namun, GenAI memungkinkan pembuatan efek ini dilakukan secara otomatis oleh mesin.  Prosesnya lebih cepat, lebih murah, tapi sayangnya berdampak besar ke pekerja kreatif.


Bayangkan jika pekerjaan yang biasanya dilakukan tim besar selama berbulan-bulan, kini bisa selesai dalam hitungan hari hanya dengan mengetik prompt ke mesin AI.  Terdengar efisien, tapi juga menakutkan bagi para profesional kreatif.


Kenapa Netflix Menggunakan GenAI?

Menurut beberapa laporan, Netflix mulai mengintegrasikan GenAI dalam proses pembuatan VFX untuk menghemat biaya produksi dan mempercepat deadline.  Dalam industri hiburan yang kompetitif, kecepatan dan efisiensi memang sangat penting.


Namun, keputusan ini tak luput dari kritik.  Banyak yang menilai pendekatan ini hanya akan memperburuk eksploitasi tenaga kerja kreatif dan menghasilkan konten yang terasa hambar dan tidak manusiawi.


Reaksi Keras dari Industri Film

Bukan hanya penggemar yang marah, komunitas pekerja film juga ikut protes.  Bahkan, beberapa animator dan seniman efek visual menyebut langkah ini sebagai bentuk "propaganda algoritmik"—istilah yang menggambarkan bagaimana konten diproduksi bukan berdasarkan nilai seni, tapi logika mesin.


Beberapa asosiasi pekerja kreatif, termasuk serikat pekerja di Hollywood, menyatakan kekecewaannya melalui media sosial dan wawancara.  Mereka khawatir pekerjaan mereka bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang jika tren ini dilanjutkan.


Rasa Ketidakadilan yang Dirasakan

Salah satu animator senior yang telah bekerja selama lebih dari 15 tahun di industri ini mengatakan bahwa apa yang dilakukan Netflix bukan inovasi, tapi pemangkasan nilai seni. Ia menambahkan bahwa konten yang dibuat oleh AI bisa saja terlihat indah, tapi tidak menyimpan makna emosional seperti hasil kerja manusia.


"Senang melihat sesuatu yang indah. Tapi ketika kau tahu bahwa itu dibuat tanpa campur tangan manusia, rasanya seperti melihat gambar dari robot," ungkapnya.


Protes dari Penggemar: Bukan Ini yang Kami Mau!

Tak hanya dari sisi produksi, penonton juga sangat vokal sekarang.  Banyak penggemar serial tersebut memberikan rating rendah dan meninggalkan komentar negatif di berbagai platform review seperti IMDb dan Rotten Tomatoes.


Beberapa bahkan mengaku memboikot serial tersebut sampai Netflix menghentikan penggunaan AI dalam produksinya. Bukan karena anti teknologi, tapi lebih pada rasa kehilangan sentuhan manusia dalam cerita dan visualnya.


Apakah AI Bisa Mengganti Sentuhan Manusia?

Teknologi AI memang makin pintar, tapi bisa kah AI merasakan emosi?  Bisa kah ia mengerti nuansa budaya, dialog yang terasa "hidup", atau ekspresi halus dalam karakter?


Banyak yang berpendapat bahwa teknologi itu hanya bisa meniru, tapi tidak bisa menciptakan dengan jiwa. Ini yang membuat perdebatan antara efisiensi dan kualitas makin panas.

Perbandingan VFX Tradisional dan VFX GenAI

Aspek VFX Tradisional VFX GenAI
Waktu Produksi Minggu hingga bulan Beberapa jam hingga hari
Biaya Produksi Tinggi Lebih hemat
Keterlibatan Manusia Tinggi Minimal
Nilai Artistik Tinggi (emosional dan orisinal) Rendah (generik dan algoritmik)


Belum ada tanda-tanda Netflix akan menghentikan penggunaan VFX berbasis AI.  Namun, tekanan dari komunitas kreatif dan penggemar bisa saja membuat mereka mengkaji ulang strategi mereka di masa depan.

Beberapa pihak menyarankan kompromi, seperti menggabungkan AI dengan kerja kreatif tim manusia untuk hasil yang lebih berimbang.  Namun, tetap saja, transparansi dan etika harus menjadi perhatian utama.


Apakah Kita Siap dengan Masa Depan Ini?

Teknologi memang bagian dari kemajuan.  Tapi seperti kata pepatah, “Dengan kekuatan besar, datang pula tanggung jawab besar.”  Netflix mungkin berada dalam titik awal dari perubahan besar di industri hiburan.


Namun, perubahan ini sebaiknya melibatkan semua pihak—termasuk pekerja kreatif dan penonton. Karena pada akhirnya, film dan serial baik adalah tentang manusia, oleh manusia, dan untuk manusia.



Referensi:

  • Rude Baguette -  “This Isn’t Art, It’s Algorithmic Propaganda”: Netflix’s GenAI VFX in New Series Sparks Industry Backlash and Fan Revolt.
  • Engadget – Laporan penggunaan AI dalam produksi konten visual.