Bangjek & Ojesy: Aplikasi 'Hantu' yang Hilang Sebelum Sempat Dikenal Publik

Notification

×

Bangjek & Ojesy: Aplikasi 'Hantu' yang Hilang Sebelum Sempat Dikenal Publik

04/06/2025 | Juni 04, 2025 WIB Last Updated 2025-06-06T06:18:34Z


Di tengah dominasi raksasa seperti Gojek dan Grab, puluhan aplikasi ojek online (ojol) lokal telah lahir dan mati muda. 


Di antara yang paling misterius adalah Bangjek dan Ojesy – dua platform yang menghilang dari pasar sebelum sempat dikenal luas, bagai hantu dalam cerita urban legenda transportasi online.


Profil Bangjek: Aplikasi Serba Bisa

Bangjek muncul dengan ambisi menjadi super-app lokal.  Platform ini menawarkan beragam fitur:

  • Layanan transportasi motor dan mobil
  • Pengiriman paket dan pesan makanan


Fitur belanja harian dan online shop terintegrasi

Sayangnya, kelemahan infrastruktur menjadi penyebab utama kematiannya.  Menurut laporan CNBC Indonesia, situs resminya rusak dan aplikasi di Play Store tidak lagi diperbarui (no maintenance). Pengguna pun akhirnya meninggalkan platform ini.


Ojesy: Inovasi Ojol Syar'i yang Tak Terselamatkan


Berasal dari Surabaya, Ojesy (Ojek Syar'i Surabaya) didirikan pada 2015 oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir dengan konsep unik:

  • Mengutamakan pengemudi perempuan untuk penumpang perempuan
  • Melayani penumpang anak laki-laki maksimal 8 tahun
  • Menargetkan pasar konsumen muslim yang memprioritaskan kenyamanan gender
  • Meski bertahan selama 4 tahun, Ojesy kolaps pada 2019 karena keterbatasan jaringan dan modal.


Mengapa Mereka Jadi "Hantu"?


1.  Krisis Modal vs Predator Modal
Bangjek dan Ojesy kalah dalam perang subsidi melawan pemain besar. Data menunjukkan 70% startup ojol gulung tikar karena ketidakmampuan membiayai diskon dan insentif pengemudi.


2.  Isolasi Regional
Keduanya gagal berekspansi keluar basis lokal: Bangjek terbatas di Jawa, Ojesy hanya di Surabaya. Padahal, ekspansi adalah kunci survival di industri ini.


3.  Fenomena "Hantu Teknologi"
Mirip kisah horor ojol di cerita rakyat – seperti penumpang wanita misterius yang menghilang (vanishing passengers) 212 – aplikasi ini meninggalkan digital trace tanpa wujud nyata. Bangjek masih bisa di-install tapi tak berfungsi, bagai arwah aplikasi.


3.  Daftar Aplikasi Ojol yang Punah: Kuburan Inovasi
Studi CNBC Indonesia mencatat 10 aplikasi ojol bangkrut, termasuk Bangjek dan Ojesy. Berikut 5 yang paling menonjol.


Aplikasi Keunikan Penyebab Kematian
LadyJek Pengemudi wanita untuk wanita Kekurangan modal
Ojekkoe Biaya operasional Rp 2.500/hari Skala terlalu kecil
TopJek Fitur chat room dalam aplikasi Seleksi pengemudi terlalu ketat
Call Jack Layanan berbasis Yogyakarta Hilang tanpa strategi ekspansi
Ojesy Konsep syar'i dengan batasan gender Pasar terlalu niche


Warisan untuk Industri Transportasi Online

Meski mati muda, Bangjek dan Ojesy meninggalkan warisan penting yaitu diantaranya:

  • Ojesy membuktikan ada pasar untuk layanan berbasis gender yang kini diadopsi Grab (Women+).
  • Bangjek memelopori integrasi online shop dalam aplikasi ojol – fitur yang kini jadi andalan Gojek.
  • Keduanya menjadi studi kasus bahwa inovasi tanpa scalability dan modal hanyalah "mayat digital".


Epilog: Hantu-Hantu Baru di Persimpangan Digital

Kisah Bangjek dan Ojesy mengingatkan pada legenda urban sopir ojol yang mengantar penumpang misterius (mysterious passengers) lalu menghilang. 


Mereka adalah metafora sempurna untuk startup yang gagal: 

  • Hadir singkat, 
  • Meninggalkan jejak, 
  • Tidak pernah benar-benar terlihat oleh publik. 


Di kuburan aplikasi ojol, nama mereka terpahat sebagai peringatan inovasi tanpa ekosistem kuat hanyalah arwah yang menunggu dimakan waktu.


Sumber: