Ijazah Palsu: Blockchain Jadi Solusi Anti-Pemalsuan Sertifikat Akademik Global

Notification

×

Ijazah Palsu: Blockchain Jadi Solusi Anti-Pemalsuan Sertifikat Akademik Global

17/05/2025 | Mei 17, 2025 WIB Last Updated 2025-05-17T10:34:17Z


Pemalsuan Ijazah atau sertifikat akademik telah menjadi masalah global yang merusak kredibilitas dunia pendidikan dan pasar tenaga kerja. 


Menurut laporan Association of Certified Fraud Examiners, penipuan akademik menyebabkan kerugian ekonomi hingga $7 miliar per tahun, dengan 30% eksekutif senior di dunia terbukti memalsukan kualifikasi mereka. 


Di tengah tantangan ini, blockchain muncul sebagai solusi revolusioner untuk menjamin keaslian sertifikat akademik secara global. 

 
Teknologi blockchain tidak hanya mencegah pemalsuan, tetapi juga mempercepat proses verifikasi dan meningkatkan transparansi sistem pendidikan.


Mekanisme Blockchain dalam Sertifikasi Akademik

Blockchain adalah sistem pencatatan data terdesentralisasi yang menyimpan informasi dalam blok-blok terenkripsi yang saling terhubung.  


Setiap sertifikat akademik yang direkam di blockchain memiliki identifikasi unik (hash kriptografis) dan tidak dapat diubah (immutable), sehingga memastikan keaslian dokumen.  


Prosesnya sertifikat akademik yang direkam di blockchain melibatkan tiga tahap utama yaitu:
  • Penerbitan:  Institusi pendidikan mengunggah sertifikat ke blockchain dengan tanda tangan digital.
  • Penyimpanan:  Data disimpan di jaringan terdistribusi (node) yang terenkripsi, menghilangkan risiko peretasan atau manipulasi.
  • Verifikasi: Pemberi kerja atau universitas lain dapat memverifikasi keaslian sertifikat secara instan melalui platform blockchain tanpa perlu menghubungi institusi asal.

Studi Kasus Implementasi Blockchain

  • MIT dan Learning Machine menjadi pelopor dengan meluncurkan diploma digital berbasis blockchain pada 2017.  Lulusan dapat membagikan tautan unik ke pemberi kerja untuk verifikasi instan.
  • Uni Eropa dan Proyek European Blockchain Services Infrastructure (EBSI) digunakan untuk verifikasi kredensial pendidikan di 27 negara anggota, mengurangi birokrasi dan pemalsuan.
  • Uji Coba Sertifikat Digital di Indonesia,  Universitas Komputer Indonesia mengembangkan sistem pengarsipan ijazah berbasis blockchain dan InterPlanetary File System (IPFS) untuk menjamin integritas data.
  • Platform Blockchain Multisektor KaliCertif menggabungkan teknologi NFC dan blockchain untuk memverifikasi keaslian dokumen akademik dan produk seni.  Sistem ini telah diadopsi oleh universitas di Eropa dan Asia.

Meski menjanjikan, adopsi blockchain dalam sertifikasi akademik masih menghadapi kendala sebagai berikut ini:

Pengembangan infrastruktur blockchain memerlukan investasi awal yang besar, terutama bagi institusi di negara berkembang. 


Untuk itu diperlukan kolaborasi dengan startup teknologi atau pemerintah, seperti proyek APEC untuk pemerataan akses digital untuk mengatasi biaya implementasi yang masih terbilang mahal.


Banyak pengelola pendidikan belum memahami cara kerja blockchain.  Sehingga masih diperlukan pelatihan guru dan staf melalui platform seperti Ruang GTK di Indonesia.


Ruang GTK adalah platform digital yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. 


Platform GTK menggantikan Platform Merdeka Belajar (PMM) dan dirancang sebagai ruang belajar dan inspirasi yang inklusif dan sederhana. 


Standar global untuk sertifikasi blockchain masih dalam pengembangan.  Sehingga masih membutuhkan inisiatif seperti standar G20 untuk audit berbasis blockchain.


Masa Depan Sertifikasi Blockchain

Pada 2025, blockchain diprediksi menjadi tulang punggung sistem pendidikan global:
  • Paspor Pendidikan Digital:  Setiap individu akan memiliki rekam jejak akademik lengkap (SD hingga perguruan tinggi) yang tersimpan di blockchain.
  • Integrasi dengan Kecerdasan Buatan (AI):  AI akan digunakan untuk analisis data pembelajaran dan penyesuaian kurikulum, sementara blockchain menjamin keamanan datanya.
  • Adopsi oleh Lembaga Internasional:  Organisasi seperti UNESCO dan World Economic Forum sedang merancang kerangka kerja blockchain untuk pendidikan inklusif.


Blockchain bukan sekadar tren teknologi, tetapi solusi fundamental untuk memulihkan kepercayaan dalam sistem pendidikan global.  


Dengan keamanan, efisiensi, dan transparansinya, teknologi ini berpotensi menghapuskan praktik pemalsuan sertifikat dan menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih adil. 


Kolaborasi antar pemerintah, institusi pendidikan, dan perusahaan teknologi menjadi kunci untuk mempercepat transformasi ini.


Referensi Artikel:


Sumber Youtube:  CoinGeek, 02 Jun 2022 16:00. Can blockchain stop academic fraud? Here’s how | Dr. Mohamed Al Hemairy | CG Conversations.