Di tengah ledakan kebutuhan internet, dua teknologi saling bersaing yaitu 5G Fixed Wireless Access (FWA) dan broadband tradisional (fiber optik, kabel, DSL).
Berdasarkan studi global Ericsson ConsumerLab yang mencakup 19 negara dan 370 juta rumah tangga, 7 dari 10 pengguna 5G FWA memilih teknologi ini sebagai pengganti koneksi sebelumnya. Lantas, apa perbedaan mendasar keduanya?
5G FWA mengandalkan sinyal radio dari menara seluler ke penerima di rumah (Customer Premises Equipment/CPE). Tidak memerlukan kabel fisik, sehingga instalasi lebih cepat (hitung jam/hari) dan minim gangguan konstruksi.
Infrastruktur 5G FWA dan Broadband Tradisional
Sedangkan Broadband Tradisional Fiber Optik menggunakan serat kaca untuk mentransmisikan data dengan cahaya, Kabel koaksial berbasis tembaga dan DSL menggunakan saluran telepon tembaga.
Fiber Optik, Kabel Koaksial dan DSL memerlukan penarikan kabel fisik ke rumah, yang bisa memakan minggu/bulan, terutama di area terpencil.
Kecepatan dan Konsistensi 5G FWA dan Broadband Tradisional
Kecepatan 5G FWA secara teoretis dapat mencapai 1–10 Gbps berkat spektrum 5G (mmWave/sub-6 GHz), tetapi fluktuatif akibat jarak menara, penghalang (bangunan/pohon), dan cuaca.
Fiber Optik memiliki kecepatan stabil hingga 10 Gbps, hampir tak terpengaruh faktor eksternal seperti cuaca. Sedangkan kabel/DSL memiliki kecepatan (100 Mbps–1 Gbps) dan DSL (hingga 100 Mbps).
5G FWA memiliki latensi 1–10 ms, ideal untuk gaming dan real-time collaboration, latensi fiber 1 ms dan kabel/DSL: 10–50 ms.
Konsistensi broadband kabel lebih stabil karena tak terbagi (dedicated line), sementara 5G FWA rentan congestion saat jam sibuk.
Biaya dan Aksesibilitas 5G FWA dan Broadband Tradisional
Biaya Instalasi 5G FWA lebih murah karena tanpa tarik kabel dibandingkan Fiber/Kabel. Untuk biaya bulanan 5G FWA sering ada data cap dan fiber biasanya tanpa batas kuota.
Aksesibilitas 5G FWA adalah solusi andal untuk pedesaan/kepulauan. Di Indonesia, 60% rumah tangga tertarik FWA 5G karena jangkauannya di daerah minim infrastruktur.
Broadband tradisional 80% tersedia di perkotaan, tetapi 40% desa di negara berkembang belum terjangkau fiber.
Keamanan dan Masa Depan
Broadband kabel lebih aman secara fisik karena tak bisa disadap nirkabel. 5G FWA mengandalkan enkripsi seluler, tetapi perlu VPN untuk lapisan ekstra.
5G FWA diproyeksikan tumbuh 3x lipat jadi 330 juta koneksi global pada 2029, dengan pendapatan provider capai $75 miliar. Sedangkan Fiber tetap pilihan tercepat, sementara FWA jadi alternatif bagi 1 miliar rumah tangga yang belum terlayani.
5G FWA: Cocok untuk daerah terpencil, instalasi cepat, dan pengguna prioritas latensi rendah. Contohnya wilayah kepulauan Indonesia, remote workers, rumah kontrakan.
Broadband tradisional lebih ideal untuk wilayah perkotaan, heavy users (streaming 4K/cloud computing), dan yang butuh koneksi stabil tanpa batas.
Referensi Artikel:
- IndoTelko (2024) - "Fixed Wireless Access berbasis 5G mulai diminati rumah tangga".
- 5GStore (2024) - "FWA vs Wired Internet: Uncovering the Best Choice for You".
- Nybsys (2024) - "5G FWA: What It Is and How It Works?".