Dominasi Kubernetes sebagai "raja orkestrasi kontainer" selama satu dekade mulai retak. Meski tetap menjadi standar industri, raksasa teknologi seperti Netflix, Shopify, dan Amazon kini diam-diam bermigrasi ke solusi lebih sederhana.
Apa yang memicu pergeseran besar-besaran ini?
Kubernetes: Raja yang Terlalu Kompleks?
Sejak diluncurkan Google tahun 2014, Kubernetes (K8s) menjadi tulang punggung arsitektur cloud-native. Lebih dari 50.000 organisasi global menggunakannya untuk:
- Otomatisasi deployment
- Penskalaan
- Manajemen kontainer
Namun, di balik kesuksesannya, kompleksitas operasional menjadi beban berat bagi perusahaan karena hal-hal sebagai berikut:
- Konfigurasi RBAC, CRD, dan Helm Chart membutuhkan keahlian DevOps khusus
- Biaya pelatihan dan pemeliharaan kluster mencapai 40% dari anggaran infrastruktur di beberapa perusahaan.
- "Mengelola Kubernetes seperti membangun pesawat saat kita hanya butuh sepeda," ujar insinyur senior Cloudflare.
Lima Alternatif Kubernetes yang Mencuri Panggung
Menurut riset internal terhadap puluhan tech leader, lima platform ini menjadi pilihan diam-diam raksasa teknologi:
1. Platform Serverless (AWS App Runner/Azure Container Apps/Google Cloud Run)
Cara kerja platform serverless hanya unggah kontainer, platform dapat menangani infrastruktur dan penskalaan secara otomatis. Keunggulannya:
- Tanpa konfigurasi YAML
- Biaya bayar-per-pemakaian
- Skalanya otomatis dari 0 ke ribuan instans.
Pengguna platform serverless ini adalah para startup dan layanan mikro Amazon Retail, namun kekurangannya tidak cocok untuk aplikasi yang memiliki stateful yang kompleks.
2. HashiCorp Nomad
Cara kerja HashiCorps Nomad mengorkestrasi kontainer, VM, dan aplikasi tradisional dalam satu workflow, dimana keunggulannya adalah:
- Instalasi satu binary
- Ringan (hanya 100 MB)
- Learning curve rendah
Pengguna HashiCorps Nomad saat ini adalah game server Roblox, layanan edge Cloudflare.
3. Fly.io
Cara kerja Fly.io dengan menjalankan aplikasi di lokasi edge global dan memiliki latensi minimal. Keunggulannya memiliki:
- CLI sederhana
- Scaling geografis otomatis
- Dukungan basis data built-in.
Pengguna Fly.Io saat ini adalah perusahaan-perusahaan SaaS yang memprioritaskan kecepatan end-user.
4. Internal PaaS (Platform as a Service)
Cara kerja platform Paas ini dengan cara tim platform membuat "Heroku internal" berbasis Kubernetes, tetapi menyembunyikan kompleksitasnya. Keunggulannya:
- Developer cukup push code tanpa peduli infrastruktur.
Pengguna internal PaaS saat ini adalah Netflix (Spinnaker), Shopify (CLI platform).
5. Distribusi Kubernetes Ringan (K3s/MicroK8s)
Cara K3s/ MicroK8s ini adalah dengan cara memotong fitur non-esensial K8s untuk lingkungan resource-limited. Keunggulannya, K3s hanya 100 MB, cocok untuk IoT dan edge computing.
Pengguna K3s saat ini umumnya adalah ritel (manajemen inventaris real-time), pabrik (automation).
Mengapa Raksasa Teknologi Memilih Alternatif Kubernetes ?
- Biaya tersembunyi timbul pada biaya untuk mempekerjakan spesialis Kubernetes bisa menghabiskan $150.000/tahun, belum termasuk biaya pelatihan.
- Overkill untuk aplikasi sederhana 60% karena mikroservis tidak memerlukan fitur canggih K8s.
- Developer menghabiskan 30% waktu untuk debug YAML, bukan menulis kode, ini sangat mempengaruhi kecepatan inovasi.
"Kubernetes adalah platform untuk membangun platform. Banyak tim hanya butuh solusi yang just works," tegas Kelsey Hightower, pakar K8s.
Pasar alternatif kubernetes tumbuh 45% (2024–2025), dipicu Cloud Run dan Nomad. Kubernetes Tidak Mati, tapi berubah menjadi lapisan dasar yang "tersembunyi" di balik platform managed.
Mengapa Kubernetes Tetap Relevan di Sisi Produksi?
Meski ditinggalkan di development, K8s masih dominan untuk:
- AI/ML Workload yaitu untuk skalabilitas otomatis untuk pelatihan model intensif resouce.
- Hybrid Cloud digunakan untuk manajemen cluster lintas AWS, Azure, dan on-premise.
- Microservices yang komplek memiliki load balancing lanjutan dan service mesh (Istio).
Prediksi 2026: Kubernetes vs. Alternatif
Parameter | Kubernetes | Alternatif (Contoh: Nomad/Cloud Run) |
---|---|---|
Kompleksitas | Tinggi | Rendah–Sedang |
Biaya Rata-Rata | $15K/bulan (cluster medium) | $3K–$8K/bulan |
Waktu Setup | 2–5 hari | 1–6 jam |
Use Case Dominan | Produksi AI/microservices | Development, batch processing |
Rekomendasi untuk Perusahaan:
- Gunakan K8s untuk aplikasi kompleks berskala besar.
- Pilih alternatif untuk development cepat dan beban kerja sederhana.
Rekomendasi Strategi Migrasi
- Lakukan "Right-Sizing Tools" dengan menggunakan K8s hanya untuk workload produksi yang membutuhkan HA >99.9%.
- Beralih ke Docker Swarm atau MicroK8s untuk staging environment.
- Adopsi Managed Services seperti EKS (AWS), AKS (Azure), atau GKE (Google) kurangi bebas operasional hingga 40%.
- Investasi pelatihan dengan kuasai tools seperti Helm (package manager) dan K9s (CLI) untuk tim yang tetap pakai K8s.