Perkembangan kecerdasan buatan (AI) oleh raksasa teknologi seperti Meta dan OpenAI membawa kemudahan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait privasi pengguna.
Kedua perusahaan tersebut kerap dituding sebagai "pengintip" data, namun mana yang lebih berisiko? Berdasarkan investigasi dari berbagai sumber terpercaya, berikut analisisnya:
Meta AI: Integrasi Data Sosial Media dan Memori yang "Mengganggu"
Meta AI, chatbot berbasis model Llama 3.1, terintegrasi langsung dengan platform seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Fitur tersebut memungkinkan AI mengakses data pribadi pengguna dari akun media sosial, termasuk riwayat unggahan, interaksi, dan preferensi.
Bahkan, Meta AI secara default menyimpan rekaman percakapan dan membuat "file Memori" yang berisi fakta kunci tentang pengguna, seperti minat atau topik sensitif (misalnya, masalah perceraian atau pinjaman).
Kekhawatiran utama adalah penggunaan data ini untuk pelatihan model AI dan target iklan. Meskipun pengguna bisa menghapus riwayat, prosesnya rumit, dan data tetap tersimpan untuk keperluan pengembangan AI.
Di Eropa, Meta bahkan dituduh melanggar regulasi GDPR dengan menggunakan data publik pengguna tanpa persetujuan eksplisit.
OpenAI (ChatGPT): Transparansi Terbatas, tetapi Minim Integrasi Data
ChatGPT, meski juga mengumpulkan data percakapan, tidak terhubung langsung dengan platform media sosial. OpenAI menyatakan tidak membagikan data pengguna ke pihak ketiga untuk iklan.
Namun, ChatGPT memiliki fitur "memori" yang menyimpan konteks percakapan, meski pengguna bisa mematikan opsi pelatihan model AI melalui pengaturan.
Kelemahan utama ChatGPT adalah ketergantungan pada data yang dimasukkan pengguna. Misalnya, jika pengguna membagikan informasi sensitif, data tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan model, meski OpenAI mengklaim telah menerapkan batasan untuk mencegah kebocoran.
Perbandingan Kebijakan Privasi Meta vs OpenAI
Meta AI
- Menggunakan data dari akun media sosial untuk personalisasi respons.
- Tidak ada opsi "mode sementara" seperti di ChatGPT.
- Data percakapan dipakai untuk iklan di platform Meta.
OpenAI (ChatGPT)
- Opsi opt-out pelatihan model tersedia.
- Tidak terintegrasi dengan platform eksternal, mengurangi risiko eksploitasi data silang.
- Kebocoran data pelatihan lebih minim, meski masih ada risiko.
Respons Regulasi Global
Meta menghadapi gugatan di Eropa dan Australia karena penggunaan data tanpa persetujuan. Di Australia, Meta mengakui menggunakan data publik pengguna sejak 2007, termasuk foto anak-anak, untuk melatih AI.
Sementara itu, OpenAI relatif lebih "aman" dari sorotan regulator, meski tetap diawasi ketat di AS dan Uni Eropa.
Kesimpulan: Meta Lebih Invasif, tapi Keduanya Berisiko
- Berdasarkan bukti, Meta AI lebih invasif karena:
- Integrasi data sosial media
- Kebijakan penyimpanan memori otomatis, dan penggunaan data untuk iklan.
Namun, ChatGPT juga tidak sepenuhnya aman, terutama jika pengguna tidak hati-hati membagikan informasi sensitif.
Ahli privasi seperti Ben Winters (Consumer Federation of America) menyarankan pengguna membatasi interaksi dengan Meta AI hanya untuk topik ringan.
Sementara itu, Miranda Bogen (Center for Democracy & Technology) mengingatkan bahwa "AI bukan teman, meski terlihat seperti itu".
Sumber Artikel:
- The Washington Post - "Zuckerberg’s new Meta AI app gets personal in a very creepy way".
- Liputan6 - "Mengejutkan, Meta Akui Gunakan Data Pribadi Pengguna untuk Latih AI".
- Fortune - "Meta is once again playing with fire in Europe—and points to rivals Google and OpenAI".
- Demandsage - "Meta AI vs ChatGPT – Which AI Tool Is Better? (2025)".
- ClickUp - "Meta AI vs. ChatGPT: Which AI Tool is Best?".